Saturday, September 29, 2012

Identifikasi Status dan Luas Lahan untuk Pengembangan Komoditas Pertanian di Kawasan Perbatasan Kabupaten Sintang

A. Pendahuluan
    Wilayah perbatasan merupakan suatu wilayah yang secara geografis berbatasan dengan negara lain baik batas berupa daratan maupun batas territorial berupa perairan atau laut. Daerah perbatasan termasuk dalam daerah strategis sekaligus daerah rawan, terutama terkait dengan keamanan dan pertahanan negara. Adapun nilai strategis wilayah perbatasan selain memiliki dampak penting bagi kedaulatan negara juga merupakan faktor pendorong bagi peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat, serta memiliki keterkaitan yang saling mempengaruhi dengan kegiatan yang dilaksanakan di wilayah lainnya yang berbatasan.
Pada umumnya permasalahan yang terjadi di daerah perbatasan adalah masalah di bidang pertahanan keamanan, kesejahteraan, dan pendidikan, diantaranya:
  1. Kawasan perbatasan sebagai daerah tertinggal
  2. Adanya kendala dalam hal geografis wilayah
  3. Perencanaan dan pelaksanaan yang tidak konsisiten
  4. Permasalahan kemiskinan
  5. Infrastruktur yang terbatas
  6. Lemahnya dalam penegakan hukum di daerah perbatasan
  7. Pemanfaatan sumber daya alam yang belum optimal.

     Berdasarkan permasalahan di daerah perbatasan maka perlu adanya perubahan pola pikir atau paradigma dalam hal cara pandang terhadap kawasan perbatasan dimana sebelumnya kawasan perbatasan yang dianggap sebagai bagian belakang dari negara, kini harus dipandang sebagai sebuah beranda depan atau pintu masuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian daerah
       Kabupaten Sintang merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Barat yang berbatasan secara geografis dengan negara bagian Serawak Malaysia. Umumnya desa-desa di sepanjang garis batas kabupaten Sintang ini masih sangat tertinggal. Kondisi ekonomi, pendidikan dan kesehatan masyarakat masih sangat rendah dan kondisi infrastruktur (jalan, penerangan, air bersih, telekomonikasi) sangat kurang serta aksesibilitas dari pusat pemerintahan kabupaten masih sangat sulit. Karena itu kajian mengenai potensi lahan yang dapat dimanfaatkan petani di kawasan perbatasan kabupaten Sintang sangat penting. mengkaji status pemanfaatan lahan di kawasan perbatasan kabupaten Sintang di tinjau dari aspek hukum, ekonomi, sosial dan budaya; dan melakukan identifikasi potensi pemanfaatan lahan untuk optimalisasi pertanian/perkebunan di wilayah perbatasan kabupaten Sintang. Kajian yang dilakukan dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai kondisi pemanfaatan lahan yang telah ada serta pengembangan potensi pemanfaatan lahan, sehingga program pembangunan yang akan dilaksanakan benar-benar berpihak pada masyarakat, yaitu dengan memberikan perlindungan terhadap apa yang menjadi haknya dan sesuai dengan yang apa mereka butuhkan serta pada akhirnya mampu turut memperkuat perekonomian negara serta membantu mengamankan aset dan kekayaan negara di kawasan perbatasan.

B. Critical Review
  Berdasarkan studi kasus pada kawasan perbatasan Kabupaten Sintang Kalimantan Barat menunjukan bahwa delapan desa di Kabupaten Sintang yang berbatasan langsung dengan bagian Serawak Negara Malaysia tersebut memiliki permasalahan yang tidak jauh berbeda dengan daerah perbatasan pada umumnya yang dipandang sebagai daerah terbelakang atau tertinggal.
     Kondisi ekonomi, pendidikan, dan kesehatan masyarakat Kabupaten Sintang masih sangat rendah, hal ini terlihat dari tingkat pendidikan masyarakat yang sebagian besar adalah tamatan SD, serta mayoritas bermatapencaharian sebagai petani kebun, kondisi tersebut menunjukkan rendahnya kualitas Sumber Daya Masyarakat khususnya masyarakat desa perbatasan Kabupaten Sintang.
   Kondisi jaringan jalan di dalam wilayah desa-desa sepanjang wilayah perbatasan ini umumnya berupa jalan tanah yang hanya bisa dilewati oleh kendaraan roda dua, sedangkan untuk fasilitas air bersih, listrik, dan telekomunikasi tidak semua desa menikmati fasilitas tersebut. Minimnya infrastruktur di daerah perbatasan kabupaten Sintang menjukkan disparitas atau kesenjangan antara wilayah perbatasan dengan wilayah bukan perbatasan atau pusat kota. Padahal Sumber Daya Alam di Kabupaten Sintang cukup potensial untuk dikembangkan, namun jika tidak diimbangi dengan pembangunan daerah maka wilayah perbatasan akan terus menjadi daerah tertinggal.
   Selain permasalahan umum di wilayah perbatasan Kabupaten Sintang, terdapat permasalahan khusus terkait status lahan. Di mana status lahan yang boleh dimanfaatkan adalah lahan dengan fungsi kawasan Areal Penggunaan Lain (APL). Berdasarkan analisa overlapping sisa lahan diketahui bahwa lahan yang dimanfaatkan oleh masyarat perbatasan adalah lahan sisa untuk APL seluas 26.840 ha. Sedangkan berdasarkan overlapping kesesuaian lahan maka lahan sisa APL tersebut dapat dikembangkan dengan komoditas yang sesuai dengan kondisi geologi dan hidrologi di wilayah perbatasan tersebut, seperti tanaman karet, kelapa sawit, dan kakao.
    Kajian identifikasi status dan fungsi lahan ini diharapkan mampu memberikan pandangan bagi pemerintah deaerah untuk mengembangkan lahan-lahan tersebut sebagai lahan pertanian yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat guna meningkatkan perekonomian daerah sehingga tidak dipandang sebagai daerah tertinggal dan terbelakang.

C.Kesimpulan
    Daerah perbatasan merupakan salah satu kawasan khusus dan termasuk dalam kawasan strategis sehingga dalam penanganannya memerlukan pendekatan yang khusus pula. Berdasarkan permasalahan di daerah perbatasan maka perlu adanya perubahan pola pikir dalam pengelolaan perbatasan agar tidak terjadi kesenjangan antar wilayah yang bukan perbatasan, serta merubah paradigma pembangunan agar lebih terarah pada daerah perbatasan karena daerah perbatasan merupakan beranda untuk masuk ke Indonesia yang pada umumnya memiliki potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian daerah.
    Seperti halnya pada daerah perbatasan di Kabupaten Sintang dimana berdasarkan kesesuaian lahan, lahan dapat dikembangkan sebagai lahan pertanian dan komoditas yang berpotensi untuk dikembangkankan adalah karet, kelapa sawit dan kakao, sehingga diharapakan Kabupaten Sintang mampu mengembangkan perekonomian daerah. Serta yang paling penting adalah peningkatan infrastruktur yang kurang memadai terutama aksesbilitas, untuk mendukung pengembangan kawasan perbatasan.

D.Referensi
Catatan Perkuliahan Kajian Daerah Perbatasan 2 Maret 2012
Departemen PU. 2009. Kajian Kebijakan Strategis Pengelolaan Terpadu Wilayah Perbatasan.
http://www.pu.go.id/2nd_index_produk.asp?site_id=01020100&noid=28
Hazriani, Rini. 2011. Identifkasi Status Dan Luas Lahan untuk Pengembangan Komoditas Pertanian di Kawasan Perbatasan Kabupaten Sintang. http://jurnal.untan.ac.id/index.php/perkebunan/article/download/30/23

COMPACT CITY”: SUATU KONSEP PENGEMBANGAN KOTA MASA DEPAN YANG BERKELANJUTAN

studi kasus: Kota London, Inggris


A. Latar Belakang

Perkembangan peradaban manusia dari waktu ke waktu telah membuat pembangunan berjalan secara cepat. Perkembangan ini tidak hanya meliputi aspek fisik saja, melainkan meliputi segala aspek termasuk sosial, ekonomi, budaya serta politik. Perkembangan zaman ini menuntut adanya keseimbangan ekosistem, alam dan lingkungan sehingga bisa tercipta keseimbangan dari semua aspek tersebut. Keseimbangan semua aspek pendukung kehidupan ini akan membuat peradaban kehidupan manusia yang berkembang seiring perkembangan zaman akan tetap berjalan dengan baik.

Perkembangan zaman yang terjadi dewasa ini tak dapat dipungkiri. Salah satu aspek perkembangan zaman dewasa ini ditandai dengan adanya perkembangan populasi kehidupan manusia. Perkembangan populasi manusia dewasa ini menyebabkan timbulnya berbagai masalah terkait aspek pendukung kehidupan. Perkembangan populasi manusia ini menyebabkan kebutuhan manusia untuk melangsungkan peradaban kehidupannya semakin meningkat. Populasi manusia yang terus bertambah menyebabkan kebutuhan manusia untuk melangsungkan kehidupannya juga terus meningkat.

Jumlah manusia yang terus bertambah menyebabkan kebutuhan manusia juga harus bertambah, tetapi pada kenyataannya sumber-sumber yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia semakin berkurang. Sumber-sumber pemenuh kebutuhan ini meliputi sumber daya alam baik sumber daya alam yang dapat diperbaharui maupun sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan manusia terus mengalami pengurangan secara kuantitas maupun kualitas. Penurunan kualitas maupun kuantitas sumber daya alam ini menyebabkan timbul berbagai permasalahan yang dihadapai oleh manusia dewasa ini, permasalahan tersebut, antara lain, kesehatan, kemiskinan, ekonomi, pendidikan, budaya, tata ruang sosial dan lingkungan. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi manusia dewasa ini menyebabkan perlu adanya suatu inovasi untuk mengatasi dan atau meminimalkan masalah ini.

Tata ruang suatu kawasan atau kota, dewasa ini menjadi suatu permasalahan yang dihadapi manusia dan menjadi perhatian penting untuk diatasi. Permasalahan tata ruang terletak pada ketersediaan lahan yang semakin berkurang dan disaat bersamaan kebutuhan akan lahan untuk tempat tinggal dan beraktivitas semakin berkurang. Lahan yang semakin sempit serta kebutuhan akan lahan yang semakin bertambah menyebabkan permasalahan yang kompleks. Tata ruang kota atau pun tata ruang suatu wilayah perlu diterapkan suatu solusi yang efektif serta dapat mengatasi permasalahan tata ruang wilayah dan atau kota. Konsep compact city (kota padat/kompak) merupakan salah satu alternatif solutif untuk mengatasi permasalahan tata ruang wilayah dan atau kota. Kota kompak merupakan suatu konsep pengembangan yang memadatkan kota. Dari hal diatas penulis mencoba untuk menjelaskan konsep kota kompak (compact city ) dalam tulisan ini.

Rumusan masalah
Masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini, antara lain:
1.Apa itu compact city dan bagaimana karakteristiknya?
2.Bagaimana keuntungan dan kerugian compact city ?
3.Bagaimana upaya implementasi konsep compact city pada kota-kota di Indonesia?

Tujuan
Tujuan dari tulisna ini, antara lain untuk mengetahui:
1.Konsep dan karakteristik compact city
2.Keuntungan dan kerugian compact city
3.Upaya implementasi konsep compact city

Manfaat
Dari tulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa
1.Civitas akademika
Dapat memberikan tambahan pengetahuan dan menciptakan suasana keilmiahan. Manfaat lain dari tulisan ini bagi civitas akademika antara lain memberi kontribusi pengetahuan bagi para civitas akademika sehingga akan tercipta konsep-konsep pengembangan kota yang lebih lanjut lagi.
2.Masyarakat
Dari tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat secara umum antara lain dapat menjelaskan suatu permasalahan terutama terkait tata ruang kota dan suatu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.

B. Konsep Compact City

Kota-kota adalah area penting bagi berbagai aktivitas manusia dan mereka ini adalah konsumen terbesar dari sumber-sumber alam. Ada semacam konsensus yang berkembang bahwa pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah sangat esensial bagi perkembangan kota-kota di masa depan (Fadel,2008). Karena aktivitas manusia dipercaya tidak akan dapat selamanya menggunakan dan mengambil sumber-sumber yang ada sekarang tanpa akan membahayakan kesempatan bagi generasi berikutnya.

Ide kota kompak pada awalnya adalah sebuah respon dari pembangunan kota acak (urban sprawl development), seperti ditunjukkan perbedaannya pada tabel


Jika dilihat dari table diatas, sangat mungkin ini adalah siklus berulang perkembangan kota dan tarik menarik kepentingan pada fungsi kota sejak 2 abad terakhir ini, silih berganti antara memusat dan menyebar (centrist dan de-centrist), seperti telah disinyalir oleh Breheny (1992). Pilihan kompak atau tidak kompak dalam menjawab masalah keberlanjutan dalam sebuah “organisme” kota sebenarnya sangat bergantung pada kecenderungan, perilaku, kapasitas, fleksibiltas, dan tentunya kebijakan dalam sebuah kota. Yang kiranya cukup penting adalah optimalisasi tingkat kekompakan kota (city compactness level) dalam menjawab tantangan ini (Roychansyah, 2006).

Definisi compact city menurut Burton (2000) dalam tulisannya menekankan pada dimensi ‘kepadatan yang tinggi’. Kepadatan yang tinggi dimaksudkan untuk mengurangi tingkat penggunaan lahan yang tidak efektif. Penggunaan lahan yang terlalu berlebihan menyebabkan banyaknya lahan yang dikuasai tetapi tidak dimanfaatkan secara optimal, hal ini menyebabkan luas lahan yang ada semakin berkurang. Konsep compact city menekankan pada penggunaan lahan yang efektif melalui pemadatan kota atau pun suatu kawasan aktivitas tertentu. Pemadatan kota ini bertujuan untuk menghemat penggunaan lahan yang semakin menipis. Pemadatan kota dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan melakukan vertical growth yang mana menghemat penggunaan lahan. Perumahan-perumahan dan gedung-gedung perkantoran dapat di bangun dalam satu atau beberapa bangunan yang tumbuh vertical ke atas. Konsep ini juga menggabungkan dengan konsep mixused. Compact city merupakan konsep pengembangan kota dengan menghemat penggunaan lahan yang ada serta mengefektikan guna lahannya. Dalam konsep pengembangan kota yang kompak juga dapat dimasukkan dalam konsep penataan ruang lainnya seperti vertical growth dan mixused buldings. Compact city memberikan suatu alternatif untuk mengatasi kekurangan lahan yang terjadi dewasa ini di kawasan-kawasan perkotaan.

Pendekatan compact city adalah meningkatkan kawasan terbangun dan kepadatan penduduk permukiman, mengintensifkan aktivitas ekonomi, sosial dan budaya perkotaan, dan memanipulasi ukuran kota, bentuk dan struktur perkotaan serta sistem permukiman dalam rangka mencapai manfaat keberlanjutan lingkungan, sosial, dan global, yang diperoleh dari pemusatan fungsi-fungsi perkotaan (Jenks, 2000). Konsep pendekatan compact city yang dikemukakan oleh Jenks ini dapat diartikan sebagai suatu konsep pembangunan kota secara komprehensif untuk mencapai kota yang kompak/padat serta efektif dalam penggunaan lahan yang tersedia. Berdasarkan pada penjelasan diatas upaya pendekatan untuk mencapai kota yang kompak dapat dilakukan dengan meningkatkan pembangunan pada beberapa aspek yang berpengaruh terhadap tata ruang dan kehidupan manusia. Peningkatan pembangunan tersebut antara lain dapat mewujudkan konsep compact city. Upaya-upaya untuk mencapai kota yang kompak antara lain, meliputi:

a. Peningkatan kawasan terbangun
Peningkatan kawasan terbangun bertujuan untuk memadatkan kota dengan kawasan-kawasan terbangun, sehingga penggunaan lahan di kota atau pun di suatu wilayah lebih efisien. Kawasan perkotaan lebih diprioritaskan untuk dipadatkan dengan bangunan-bangunan yang mempunyai berbagai macam fungsi dan tujuan, tetapi tetap memperhatikan aspek-aspek keserasian lingkungan.
b. Intensifikasi aktivitas ekonomi
Intensifikasi aktifitas ekonomi ini termasuk di dalamnya adalah intensifikasi pusat-pusat kegiatan penggerak kegiatan perekonomian. Intensifikasi aktivitas ekonomi ini dimaksudkan untuk menunjang kebutuhan masyarakat yang tinggal memadat di sekitar kawasan perkotaan. Intensifikasai aktivitas ekonomi bertujuan agar meminimalkan angka pergerakan masyarakat agar tidak jauh dari pusat kota atau pergerakan yang dilakukan masih dalam lingkup kawasan perkotaan. Intensifikasi aktivitas ekonomi juga bertujuan untuk memfasilitasi masyarakat pada kawasan tersebut agar mudah menjangkau pusat-pusat kegiatan ekonomi.
c. Intensifikasi kegiatan sosial dan budaya
Kegiatan sosial budaya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Intensifikasi masyarakat ini bertujuan agar masyarakat kota tidak kehilangan pola kehidupan sosial yang menjadi ciri dasar dari manusia. Dalam konteks masyarakat, manusia tidak dapat hidup sendiri. Sebagai makhluk sosial manusia selalu membutuhkan mausia yang lainnya. Intensifikasi budaya bertujuan untuk menjaga dan melestarikan unsur-unsur kebudayaan masyarakat, sehingga budaya-budaya masyarakat tetap terjaga.
d. Manipulasi ukuran, bentuk dan struktur kota
Ukuran, bentuk dan struktur kota mempunyai peran penting dalam upaya membangun suatu kota. Ciri fisik dari suatu kota atau pun kawasan dapat tercerminkan dari ukuran, bentuk dan struktur kota tersebut. Ketiga unsur pembentuk fisik kota ini saling berpengaruh antar satu dengan yang lainnya. Untuk menjamin keefektifan penggunaan lahan yang baik perlu diadakannya suatu perubahan dengan menyesuaikan (manipulasi) unsur-unsur pembentuk fisik kota, antara lain ukuran, bentuk dan struktur kota. Manipulasi bentuk, ukuran serta struktur kota ini bertujuan agar dapat memberikan keefektifan penggunaan lahan di perkotaan.
e. Sistem permukiman yang padat
Sistem permukiman yang padat dimaksudkan agar memusatkan kegiatan masyarakat kota ataupun masyarakat di suatu kawasan tertentu. Sistem permukiman yang padat bukan berarti permukiman yang padat, kumuh dan tidak layak huni, seperti yang dewasa ini ditemui di kota-kota besar. Sistem permukiman yang padat ini tetap memperhatikan aspek-aspek kenyamanan, lingkungan serta keamanan tempat tinggal.
f. Pemusatan fungsi-fungsi perkotaan
Fungsi-fungsi kota meliputi fasilitas, fasilitas penunjang kehidupan masyarakat di suatu kota atau pun di suatu kawasan. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain halte, restoran, rumah sakit dan tempat ibadah. Pemusatan fasilitas-fasilitas penunjang fungsi kota ini bertujuan agar masyarakat mudah menjangkau fasilitas-fasilitas ini, sehingga pola pergerakan masyarakat akan berputar di sekitar kawasan pusat kota.

Saat ini dalam berbagai diskusi tentang pola-pola ruang dan bentuk kota yang berkelanjutan, Kota Kompak (compact city ) tampaknya telah menjadi isu paling penting dalam upaya mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan (Suistainable Development). Perhatian besar saat ini telah memfokuskan pada hubungan antara bentuk kota dan keberlanjutan. Bentuk dan kepadatan kota-kota dapat berimplikasi pada masa depan. Bentuk dan kepadatan kota akan terus berkembang dan berpotensi menjadi masalah besar jika tidak diarahkan pada pembangunan yang berkelanjutan. Kota-kota di dunia saat ini mulai mengalami keresahan akibat pertumbuhan kota yang semakin berkembang dan membutuhkan lahan yang semakin luas. Hal ini berkontradiksi dengan ketersediaan lahan yang semakin berkurang baik secara kuantitas maupun kualitas. Permasalahan lahan yang semakin menipis dan pertumbuhan kota yang semakin berkembang pesat memerlukan suatu konsep yang dapat memadukan kedua hal tersebut serta dapat berlanjut dari waktu ke waktu. Keberlanjutan pembangunan secara langsung berintegrasi dengan lingkungan, ekonomi, dan sosial. Diagram berikut menunjukkan bagaimana integrasi dari nilai lingkungan, nilai ekonomi, dan nilai social menghasilkan kehidupan yang sejahtera bagi manusia. Dalam aplikasi pembangunan berkelanjutan, 3 elemen tersebut harus berjalan simultan. Ketimpangan pembangunan akan terjadi apabila perkembangan aspek yang satu lebih tinggi dari aspek yang lain.
Perhatian besar saat ini telah berfokus pada hubungan antara bentuk kota dan keberlanjutan (sustainability). Dalam berbagai diskusi tentang pola-pola ruang dan bentuk kota yang berkelanjutan, satu isu yang diperkenalkan oleh Dantzig da Saaty adalah kota yang kompak (compact city ). Argumen-argumen yang kuat sedang dimunculkan bahwa Kota Kompak adalah bentuk kota yang dianggap paling berkelanjutan. Inilah yang diungkapkan oleh Mike Jenks, Elizabeth Burton dan Katie Williams (1996) dalam buku yang berjudul Compact city : A Sustainable Urban Form?. Kota kompak mempunyai desain yang dapat mengefisienkan pola pemanfaatan lahan. Pengefektifan penggunaal lahan akan dapat menghemat penggunaan lahan yang semakin berkurang secara kualitas maupun kuantitas. Ciri kota kompak menurut Dantzig da Saaty (1978) paling tidak dapat dilihat dari 3 aspek yaitu bentuk ruang, karakteristik ruang, dan fungsinya.

C. Keuntungan dan Kerugian Compact City

Menurut Muhammad Sani Roychansyah, 2006, meskipun ide dasar kota kompak ini telah menjadi sebuah model terpopuler untuk mewujudkan sebuah kota berkelanjutan dewasa ini dan berbagai upaya penerapan modelnya tengah banyak diujicobakan, di sini perlu pula disebutkan dampak negatif yang mungkin ditimbulkannya. Selain keuntungan yang telah banyak disinggung, penerapan sebuah kota kompak secara alami juga mampu mengakibatkan beberapa kerugian, seperti: bertambah mahalnya lahan di dalam kota, kekhawatiran kualitas hidup yang berkurang dengan adanya upaya menaikkan kepadatan penduduk dalam kota, serta kemungkinan tergusurnya penduduk yang mempunyai akses lemah, termasuk orang berusia lanjut dan para miskin. Dengan kebijakan yang tepat dan berasas pada keadilan bagi semua warga kota, akses merugikan tersebut tentu dapat diminimalisasi.

Konsep compact city merupakan suatu konsep pengembangan kota yang berkelanjutan. Compact city berupaya untuk mengefektifkan penggunaan lahan, sehingga dapat mengatasi permasalahan kekurangan lahan dan penggunaan lahan yang tidak efektif. Dari tabel diatas terlihat bahwa compact city tidak hanya terfokus pada aspek fisik saja, tetapi konsep pengembangan kota secara compact city juga memperhatikan aspek-aspek non fisik, seperti ekonomi, sosial dan kependudukan. Pada aspek sosial konsep compact city design dapat meningkatkan interaksi sosial, serta penurunan tingkat kesenjangan sosial. Hal ini merupakan suatu wujud pembangunan secara intern. Pembangunan secara intern bertujuan untuk membangun kota dari dalam bukan saja pembangunan dari luar. Aspek-aspek yang dibangun dari dalam mencakup pembangunan masyarakat, karena masyarakat merupakan faktor internal dari suatu kota.
Keunggulan compact city pada sektor ekonomi dapat meningkatkan pendapatan, serta dengan adanya konsep pengembangan kota kompak ini masyarakat dapat menjangkau fasilitas-fasilitas penunjang ekonomi lebih dekat dari tempat tinggal masyarakat tersebut. Fasilitas-fasilitas penunjang ekonomi yang dekat dengan tempat tinggal masyarakat ini akan membuat arus pergerakan masyarakat menjadi berkurang. Konsep kota kompak ini juga akan mengurangi waktu perjalanan dan biaya perjalanan, karena fasilitas penunjang perekonomian masyarakat didesain untuk dekat dengan kawasan permukiman.
Munawir (2009) juga menjelaskan mengenai keunggulan kota kompak, yakni dalam konsep compact city design terdapat suatu unsur perencanaan ”urban Containment”. Perencanaan “urban containment” yakni menyediakan suatu konsentrasi dari penggunaan campuran secara sosial berkelanjutan (socially sustainable mixed use), mengkonsentrasikan pembangunan-pembangunan dan mereduksi kebutuhan jalan hingga mereduksi emisi kendaraan-kendaraan. Oleh karena itu promosi penggunaan Public Transport (transportasi public/masal), kenyamanan berlalu lintas, berjalan kaki dan bersepeda (Elkin et.al.,1991,Newman,1994). Compact city design juga dapat mereduksi tingkat polusi udara, sehingga kota yang kompak tidak hanya dapat menjamin keberlanjutan kehidupan manusia secara ekonomi, sosial, serta kebudayaan tetapi konsep kota kompak juga memberikan keuntungan bagi aspek lingkungan. Konsep pengembangan kota kompak memberikan suatu solusi untuk mengatasi permasalahan lingkungan dan transportasi, seperti mengurangi tingkat polusi udara oleh emisi gas buangan kendaraan-kendaraan bermotor. Konsep kota kompak dapat memberikan suatu kontribusi baru untuk bidang pembangunan kota dan transportasi masal saat ini. Kota kompak mempunyai konsep pengembangan yang ramah lingkungan.
Lebih lanjut Munawir (2009) menjelaskan bahwa melalui perencanaan efisiensi penggunaan jalan, yang dikombinasikan dengan skema daya listrik dan pemanasan, dan bangunan hemat energi juga dapat mereduksi emisi-emisi polutan yang beracun. Kepadatan tinggi dapat membantu membuat persediaan amenities (fasilitas-fasilitas) dan yang secara ekonomis viable, serta mempertinggi keberlanjutan social (Houghton and Hunter, 1994). Kepadatan yang tinggi secara tidak langsung memberikan kontribusi bagi pengguna jalan terutama para pedestrian, karena para pejalan kaki tidak perlu berjalan jauh untuk menjangkau pusat-pusat kegiatan perekonomian tersebut.

D. Compact City Design
Kota kompak dapat berarti sebuah kota yang padat dengan pemusatan semua aktivitas serta fasilitas penunjang kehidupan di kota, sehingga jarak jangkauan untuk menuju ke pusat-pusat kegiatan tersebut relatif dekat. Pusat-pusat kegiatan ekonomi, sosial, budaya, politik serta agama terletak dekat dengan pemukiman masyarakat kota sehingga, masyarakat lebih muda untuk mencapainya. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengurangi waktu dan biaya perjalanan untuk mencapai suatu pusat kegiatan. Kota kompak juga memadukan aspek pembangunan fisik dan non fisik. Dalam design kota kompak terdapat beberapa aspek penunjang kehidupan yang tercakup di dalamnya, seperti ekonomi, sosial, politik serta budaya. Dalam design kota kompak juga terdapat aspek lingkungan dan keberlanjutan transportasi, seperti dalam konsep pengembangannya kota kompak mendesign pusat-pusat kegiatan yang dekat dan mudah dijangkau oleh masyarakat kota, sehingga pusat-pusat kegiatan tersebut bisa dijangkau dengan berjalan kaki. Hal ini dapat mengurangi angka ketergantungan terhadap kendaraaan bermotor. Penggunaan kendaraan bermotor yang semakin berkurang akan mengurangi tingkat polusi udara yang dihasilkan oleh emisi gas buangan dari kendaraan bermotor.

Roychansyah (2006) menjelaskan bahwa ada beberapa aspek yang harus dipersiapkan dalam mendesign suatu kota kompak. Aspek–aspek ini meliputi aspek pembangunan fisik maupun non fisik. Aspek-aspek tersebut antara lain:
a. Penaikan densitas penduduk
Penaikan densitas atau kepadatan penduduk dimaksudkan agar memusatkan pola permukiman masyarakat agar terpusat di kota. Hal ini juga merupakan suatu ciri utama dari kota yang kompak dimana memiliki kepadatan penduduk yang berpusat di kota. Kepadatan penduduk diupayakan agar tersebar merata di kawasan kota sehingga tidak terjadi kesenjangan antar wilayah kota yang berbeda kepadatan penduduknya. Hal ini juga ditujukan agar pembangunan yang akan dilakukan nantinya dapat berjalan secara merata di seluruh wilayah kota
b. Pengkonsentrasian kegiatan
Pengkonsentrasian kegiatan masyarakat mempunyai tujuan agar dapat mempermudah akses bagi masyarakat untuk berkegiatan sehari-hari. Pusat-pusat kegiatan ini dirancang agar dekat dengan permukiman masyarakat sehingga dapat mengurangi biaya dan waktu tempuh perjalanan masyarakat untuk mencapai pusat-pusat kegiatan tersebut.
c. Intensifikasi transportasi umum
Intensifikasi transportasi umum merupakan ciri khusus dari konsep design compact city agar konsep ini dapat memberikan pelayanan secara maksimal bagi masyarakat kota yang ingin bepergian. Untuk menunjang aktivitas masyarakat kota yang semakin meningkat diperlukan adanya suatu penyelarasan dan penggabungan sistem transportasi sehingga dapat memberikan keamanan dan kenyamanan bagi para pengguna jasa transportasi. Konsep kota yang kompak/padat dapat mengurangi tingkat polusi udara akibat emisi gas buangan kendaraan bermotor karena jarak tempuh kendaraan relatif pendek.
d. Pertimbangan skala dan akses kota
Pertimbangan skala kota disesuaikan dengan kepadatan penduduk dan luas lahan yang ada. Skala kota berkaitan dengan ukuran kota. Ukuran kota ini harus dapat menampung jumlah masyarakat yang ada di kota tersebut dan dapat menjamin keamanan dan kenyamanan bagi aktivitas masyarakat kota. Akses kota merupakan hal terpenting untuk menjamin kelancaran aktivitas masyarakat kota. Akses ini dapat berupa jalan, rel kereta api dan jalur untuk pejalan kaki (pedestrian). Akses kota yang baik akan dapat memberikan kenyamanan bagi masyarakat kota.
e. Kesejahteraan sosial dan ekonomi
Design kota kompak tidak hanya memperhatikan aspek fisik saja tetapi mencakup aspek non fisik seperti sosial dan ekonomi. Masyarakat kota dapat hidup nyaman di kota jika terjamin kesejahteraan sosial dan ekonominya. Kota juga harus dapat memberikan jaminan untuk meningkatkan faktor sosial dan ekonomi masyarakat kota.


Studi kasus
E.“Urban Renaissance” di Inggris


Di bawah program berjuluk “Urban Renaissance” atau pembangunan kembali kota, Pemerintah Inggris menitikberatkan ide kota kompak sebagai bagian ide dasar kebijakan yang ditempuh di dalamnya [10]. Ini berlaku aktif sejak awal tahun 1990-an, hampir berbarengan dengan program sejenis di Belanda. Pada tahun 1998, sebuah Urban Task Force di bawah arsitek terkenal, Richard Rogers, dibentuk untuk lebih mengkonsepkan beberapa strategi di dalamnya dan mensosialisasikannya secara nasional. Hasilnya diharapkan dapat terlihat 25 sampai 30 tahun kemudian. Program ini dilatarbelakangi oleh masalah depopulasi yang dikhawatirkan jika terus berlanjut akan membawa kolapnya kota-kota di Inggris.

Visi dasar dari program ini yaitu memberdayakan komunitas local (local community based program) yang mampu membangun komunitasnya secara atraktif (attractive community) dalam sebuah lingkungan yang terjaga dan berkelanjutan (well kept sustainable way) dan memiliki layanan lingkungan yang baik (good quality service) dengan seluruh potensi yang dimilki untuk kesejahteraan bersama (prosperity sharing). Ini juga salah satu strategi untuk menarik penduduk untuk kembali tinggal di dalam kota. Dalam konsep tata ruangnya, seperti diilustrasikan dalam Gambar 3, visi dalam sebuah komunitas lokal ini juga secara integral ditransformasikan ke dalam cakupan kota.
Dari konsep pengembangan kota kompak yang sudah diterapkan di Inggris ini, terlihat bahwa konsep pengembangan kota kompak di Inggris menitikberatkan pada:
a. Pemberdayaan masyarakat
  Dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat kota dan mewujudkan kota yang kompak di Inggris diterapkan konsep pengembangan yang dapat meningkatkan partisipasi masyarakat kota
b. Penarikan masyarakat ke kota
    Masyarakat di Inggris umumnya memilih tinggal di luar atau pinggiran kota, sehingga konsep kota kompak yang diterapkan ini berusaha untuk menarik masyarakat untuk tinggal di tengah kota melalui pendirian fasilitas-fasilitas penunjang kehidupan serta pusat-pusat kegiatan masyarakat yang ada di kota.
c. Pelayanan masyarakat
   Pelayanan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan masyarakat tyang tinggal di kota.
d. Pengontrolan aktivitas masyarakat
   Aktivitas masyarakat tetap dikontrol agar tetap membuat suasana yang kondusif di masyarakat.

F. Upaya implementasi konsep Compact city Design di Indonesia

Kota-kota di Indonesia masih jauh dari konsep pembangunan yag berkalnjutan. Hal ini terlihat dari permasalahan-permasalahan kota yang ada di Indonesia, antara lain:
a. Kebijakan yang masih berjangka waktu relatif dekat
b. Kurang berorientasi pada masyarakat
c. Pembangunan yang tidak merata
d. Masih adanya daerah atau kota tertinggal
e. Kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang kadang-kadang tidak sesuai
f. Pembangunan belum dapat meningkatkan partisipasi masyarakat
g. Pembangunan yang masih hanya berorientasi pada pembangunan fisik dan ekonomi
h. Pembangunan yang tidak ramah lingkungan
i. Kesadaran dari masyarakat yang belum ada untuk membangun secara berlanjut

Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas, sehingga dapat mewujudkan konsep pembangunan yang berkelanjutan melalui compact city design, maka perlu dilakukan upaya-upaya, yang meliputi:
1.Intensifikasi ekonomi, sosial dan budaya
   Intensifikasi sosial ekonomi dan budaya bertujuan untuk meningkatkan pembangunan non fisik serta menjaga kestabilan ekonomi masyarakat. Hal ini juga dapat memberikan kenyamanan secara sosial dan budaya bagi kehidupan masyarakat.
2.Pembangunan yang berorientasi pada masyarakat
  Pembangunan yang dilakukan haruslah menjadikan masyarakat sebagai subjek maupun objek pembangunan. Masyarakat harus didorong agar lebih pro aktif dalam berpartisipasi untuk meningkatkan kemajuan kehidupannya.
3.Intensifikasi sistem transportasi
  Intensifikasi transportasi bertujuan untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi para pengguna jasa transportasi, sehingga masyarakat lebih mudah untuk menjangkau pusat-pusat kegiatan yang ada di kota.
4.Perbaikan sarana dan prasarana kota
  Perbaikan sarana dan prasarana merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kembali pembangunan fisik suatu kota. Perbaikan ini diharapkan mampu memaksimalkan peran serta fungsi dari sarana dan prasarana kota tersebut. Hal ini akan mendorong agar kota berfungsi secara maksimal dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat.
5.Pertimbangan aspek keseimbangan lingkungan
  Dalam suatu pembangunan hal terpenting yang harus diperhatikan adalah aspek alam dan lingkungan. Pembangunan harus mampu menyelaraskan dengan alam serta dapat menjaga keasrian alam.

G. Tantangan ke Depan Kota Kompak di Indonesia

Berdasar analisis Jenks dan Burgess, ide kota kompak masih jauh penerapannya pada negara-negara berkembang, dikarenakan mereka masih menghadapi masalah lebih serius pada pemenuhan kebutuhan dasar hidup dan lapangan pekerjaan mereka dibanding prioritas perujudan pembangunan berkelanjutan. Hampir semua masalah yang terjadi di banyak negara berkembang ini berpangkal pada performa ekonomi mereka yang lebih rendah dari pada negara maju pada umumnya. Seperti di Kalkuta, India atau Dhaka, Bangladesh, dari segi kepadatan penduduk dan penggunaan transportasi tak bermotor sehari-hari sebenarnya telah memenuhi syarat pembangunan berkelanjutan. Namun, hal ini bukan merupakan hasil penerapan sebuah kebijakan, tapi lebih diakibatkan masalah ekonomi seperti rendahnya pendapatan per kapita mereka.

Meskipun demikian, beberapa inovasi pemerintah lokal seperti yang terjadi di Bangkok dan Hongkong, serta banyak negara di Amerika Latin untuk membangun kotanya sejalan dengan isu terhangat ini menjadi catatan tersendiri bahwa kebijakan ini pun bisa secara positif memacu timbulnya peningkatan performa ekonomi di wilayah-wilayah itu. Diskusi dan pengangkatan tema pembangunan berwawasan lingkungan ini sebenarnya sedikit banyak telah tampak di beberapa kota di Indonesia, meskipun masih jauh dari ideal, terutama pada tataran implementasi yang bersungguh-sungguh. Apalagi, pembangunan yang sebenarnya bertujuan memberi manfaat bagi peningkatan taraf hidup masyarakat kota ini, masih saja sering menjadikan rakyat kecil sebagai pihak terakhir yang mengenyam manfaatnya, kalau pun tidak boleh disebut sebagai korban atau pun tumbal pembangunan.

Dari sini terlihat bahwa kota-kota di Indonesia masih jauh dalam mengantisipasi pembangunan berkelanjutan. Konsep ini seharusnya lah segera direspon dan dituangkan secara integral dan terpadu pada semacam cetak biru pembangunan (tata ruang) kota. Tentunya cara pandang terhadap pembangunan perkotaan dan tata ruang untuk saat ini juga perlu diubah sesuai fenomena global ini. Selain itu, parameter keberhasilan harus secara tegas ditentukan untuk mempercepat pencapaian target dan kesungguhan bertindak (political will), seperti: penurunan jumlah kendaraan pribadi dalam satuan waktu, penurunan konversi lahan hijau ke area perumahan per satuan waktu, peningkatan pembangunan rumah susun atau peningkatan peremajaan kampung per satuan waktu, dan sebagainya. Hal ini tentu harus diikuti pula oleh penegakan hukum yang kuat dari aparat yang berwenang. Tanpa ini, pembangunan apa pun hanya akan dirasakan oleh kalangan yang bisa memanfaatkan lemahnya aturan dan penerapan hukum.

Selanjutnya yang perlu menjadi perhatian adalah pemasyarakatan budaya hidup vertikal (vertical living culture) kepada masyarakat. Adanya anggapan bahwa kurang berartinya hidup di rumah susun, apartemen, atau karena tidak terdapat kepemilikan tanah di dalamnya, perlu segera dikikis. Masyarakat lemah akses, seperti para manula dan para miskin juga harus mendapat prioritas bagi keberlangsungan hidup mereka secara lebih baik di tengah-tengah kota. Sistem pembiayaan pembangunan yang berbeda berdasar kemampuan masyarakat perlu menjadi prioritas pemikiran sebelum bertindak.

H.Kesimpulan
1.Compact city adalah meningkatkan kawasan terbangun dan kepadatan penduduk permukiman, mengintensifkan aktivitas ekonomi, sosial dan budaya perkotaan, dan memanipulasi ukuran kota, bentuk dan struktur perkotaan serta sistem permukiman dalam rangka mencapai manfaat keberlanjutan lingkungan, sosial, dan global, yang diperoleh dari pemusatan fungsi-fungsi perkotaan (Jenks, 2000). konsep compact city menekankan pada:
•Peningkatan kawasan terbangun
•Intensifikasi aktivitas ekonomi
•Intensifikasi kegiatan sosial dan budaya
•Manipulasi ukuran, bentuk dan struktur kota
•Sistem permukiman yang padat
•Pemusatan fungsi-fungsi perkotaan

2.Keunggulan Compact city , maliputi:
•Aglomerasi ekonomi
•Penyediaan fasilitas dan infrastruktur kota efisien
•Pendistribusian servis dan barang lebih merata, gaya dan budaya hidup semakin variatif
•Transportasi umum yang lebih baik
•Interaksi sosial meningkat
•Pengurangan jarak bepergian, servis dan fasilitas yang lebih mudah
•Penurunan perbedaan kelas/sosial
•Vitalitas sosial-ekonomi naik
3.upaya implementasi konsep Compact City di Indonesia dapat dilakukan dengan:
•Intensifikasi ekonomi, sosial dan budaya
•Pembangunan yang berorientasi pada masyarakat
•Perbaikan sarana dan prasarana kota
•Intensifikasi sistem trnasportasi
•Pertimbangan aspek keseimbangan lingkungan

Daftar Pustaka
Dina, 2008. http://dinaonline.net46.net/Perencanaan%20Kompak.htm diakses pada 20 april 20011.
De Roo, G. and Miller, D. (2000) . Compact City and Sustainable Urban Development (http://kota-humanis.blogspot.com/2005/11/krisis-energi-dan perencanaan-kota.html diakses pada 25 april 2011
Fadel, 2009. http://fadelplano.blogspot.com/2009/05/sustainable-compact-city-sebagai.html. diakses pada 25 april 2011
Fahlan, 2008.http://fahlan.blogspot.com/perkembangan-ilmu-perencanaan-kota.html. diakses pada 25 april 2011
Jenks, M.; Burgess, R., eds. (2000). Compact Cities: Sustainable Urban Forms for Developing Countries. E & FN Spon : London. (http://kota-humanis.blogspot.com/2005/11/krisis-energi-dan-perencanaan-kota.html diakses pada 25 april 2011
Roychansyah, Muhammad Sani. 2006. http://io.ppijepang.org/v2/index.php?option=com_k2&view=item&id=194:paradigma-kota-kompak-solusi-masa-depan-tata-ruang-kota?diakses pada 17 april 2011
Ridlo Munawir, 2009.http://ridlomunawir.wordpress.com/2009/09/01/konsep-kota-kompak/. Diakses pada 25 april 2011
Sani, 2006. http://saniroy.wordpress.com/2006/06/05/paradigma-kota-kompak diakses pada 20 april 2006
http://www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2005-08-08-Krisis-Energi-dan Perencanaan-Kota-Kompak.html
http://staffsite.gunadarma.ac.idy

Saturday, January 14, 2012

Tugas Jurnal Kemiskinan


“PROGRESA” SEBUAH PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DARI MEXICO
UNTUK IBU DAN ANAK
Astri Ika Oktaviana1, Erien Devikristina2, Febtian Yusvika3, Windha P.4
Abstrak
Kemiskinan merupakan permasalahan sosial yang mendasar di seluruh dunia yaitu dalam bentuk minimnya akses untuk mendapatkan materi. Meksiko merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat kemiskinan cukup tinggi. Kemiskinan diakibatkan oleh tingkat ekonomi masyarakat yang rendah, sehingga berdampak pada kualitas pendidikan dan kesehatan anak-anak sebagai penerus bangsa. PROGRESA mrupakan salah satu program untuk mengatasi kemiskinan di Negara Meksiko yang memiliki program peningkatan kualitas pendidikan anak, kesehatan dan gizi anak serta ibu hamil. Program tersebut fokus pada wanita dan anak-anak yang dianggap golongan yang rentan terhadap dampak kemiskinan. Dengan melalui tahap seleksi dapat terpilih penerima bantuan yang sesuai dengan syarat yang ada dan penerima bantuan tersebut akan terus dimonitoring setiap bulannya agar pada bulan selanjutnya berhak mendapat bantuan. Bantuan berupa uang tunai yeng dialokasikan untuk ektifitas pembelajaran dan pemenuhan gizi yang baik untuk wanita hamil dan anak-anak pada umur tertentu. Adanya berbagai hambatan tidak membuat program tersebut gagal diterapkan dan pada akhirnya PROGRESA mampu menangani permasalahan kemiskinan di Meksiko. Penerapan sistem program penanggulangan kemiskinan di Meksiko dapat menjadi acuan atau perbandingan dengan program penanggulangan kemiskinan di Indonesia sebagai negara yang sama-sama dalam posisi negara berkembang dan kesamaan sasaran pemberian bantuan yaitu wanita dan anak-anak, khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan.
Kata kunci : kemiskinan, pendidikan, kesehatan, wanita dan anak-anak
Abstrack
Poverty is a fundamental social problems around the world that is in the form of lack of access to the material. Mexico is a developing country that has a fairly high level of poverty. Poverty caused by low economic level of society, so the impact on the quality of education and children's health as a successor to the nation. Progresa mrupakan one of the programs to address poverty in the State of Mexico that has a program to improve the quality of children's education, health and nutrition of children and pregnant women. The program focus on women and children who are considered vulnerable groups against the effects of poverty. With the selection phase can be selected beneficiaries in accordance with the terms of existing and beneficiaries will continue to be monitored every month for the next month is entitled to relief. Yeng cash assistance allocated for learning and fulfillment ektifitas good nutrition for pregnant women and children at a certain age. The existence of various barriers do not make the program fail to apply and eventually able to handle the problems of poverty Progresa in Mexico. Implementation of the system program to reduce poverty in Mexico can be a reference or comparison with the poverty reduction programs in Indonesia as a country are equally in a position of developing countries and the similarity of relief targets women and children, particularly in education and health.
Key words: poverty, education, health, women and children

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah kemiskinan memang telah lama menjadi permasalahan sosial di seluruh dunia. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masakini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan- kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern.
Kemiskinan sebagai suatu penyakit sosial ekonomi tidak hanya dialami oleh negara-negara yang sedang berkembang, tetapi juga negara-negara maju, seperti Inggris dan Amerika Serikat. Negara Inggris mengalami kemiskinan di penghujung tahun 1700-an pada era kebangkitan revolusi industri yang muncul di Eropa.
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untak memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat.
Program-program kemiskinan sudah banyak dilaksanakan di berbagai negara. Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat program penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk meningkatkan kerja sama ekonomi antar negara bagian, memperbaiki kondisi permukiman perkotaan dan perdesaan, perluasan kesempatan pendidikan dan kerja untuk para pemuda, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi orang dewasa, dan pemberian bantuan kepada kaum miskin usia lanjut. Selain program pemerintah, juga kalangan masyarakat ikut terlibat membantu kaum miskin melalui organisasi kemasyarakatan, gereja, dan lain sebagainya.
Dalam laporan ini dibahas mengenai salah satu program penanggulangan kemiskinan CCT (Conditional Cash Transfers) di salah satu negara Amerika Latin yaitu di Meksiko. Program Análisis del Programa de Educación, Salud y Alimentación (PROGRESA) di Meksiko telah dilaksanakan di Indonesia dengan nama PKH (Program Keluarga Harapan) sejak tahun 2005. Dalam laporan ini dibahas tentang latar belakan dan tujuan Progresa, gambaran kemiskinan di Meksiko, penjelasan mengenai program Progresa, dampak yang ditimbulkan, sistematika pemilihan rumah tangga, serta perbandingan antara Progresa di Meksiko dan PKH di Indonesia.
Tujuan
Pembahasan tentang program pengentasan kemiskinan di Meksiko memiliki empat tujuan. Tujuan-tujuan tersebut merupakan inti pembahasan dalam jurnal. Berikut adalah tujuan penyusunan jurnal :
1. Untuk mengetahui latar belakang dan tujuan dari Progresa
2. Untuk mengetahui detail program Progresa
3. Untuk mengetahui gambaran umum sasaran program Progresa
4. Untuk mengetahui potensi pelaksanaan program Progresa
5. Untuk mengetahui kendala pelaksanaan program Progresa

PEMBAHASAN
Latar Belakang Permasalahan
Meksiko merupakan salah satu negara Amerika Latin yang sedang berkembang dengan jumlah penduduk 60 juta jiwa. Terdapat 20 juta jiwa penduduk Meksiko yang mengalami kemiskinan. Masyarakat desa di Meksiko merupakan masyatakat yang terisolasi dari sosial kehidupan luar. Kemiskinan yang terjadi di Meksiko disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan, buruknya kualitas sarana pendidikan, kurangnya keterampilan masyarakat, kurangnya kecerdasan dan kesehatan. Hal tersebut berkaitan dengan kondisi ekonomi masyarakat yang rendah. Kondis pedesaan di Meksiko cukup memperihatinkan, karena kurangnya akses kesehatan, air bersih, jaringan transportasi, makanan pokok,dan pendidikan.
Kemsikinan di Meksiko juga disebabkan oleh kondisi ekonomi politik nasional negara. Adanya pembangunan yang tidak merata sebagai akibat dari kondisi perekonomian yang tidak stabil. Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja pemerintah kurang maksimal dalam pengentasan kemiskinan di Meksiko

Kondisi ekonomi keluarga yang rendah mengakibatkan anak -anak pustus sekolah dan tidak dapat mendapatkan kesempatan untuk bersekolah. Kondisi anak – anak tersebut juga diperparah dengan tidak terpenuhinya gizi pada keluarganya. Selain anak – anak, ibu hamil dan balita juga tidak memperoleh gizi yang baik yang akan memperparah kondisi keluarga miskin di Meksiko. Kondisi masyarakat miskin di Meksiko kekurangn gizi karena hanya dapat memakan makanan sisa dan bahkan tidak makan selama beberapa hari. Pada gambar 1.1 digambarkan kondisi kesehatan anak-anak keluarga miskin di Meksiko yang hidup di lingkungan yang buruk.
Penelitian Dimensi Geospasial Kemiskinan dan Ketahanan Pangan dengan studi kasus Meksiko pada Juni 2002-Juni 2004, menghasilkan informasi distribusi spasial kemiskinan pedesaan di Meksiko. Pada gambar 1.2 dapat diketahui persebaran penduduk pedesaan miskin yang ditandakan dengan warna merah dan kuning yang merupakan tingkat kemiskinan 1 dan 2. Warna merah dan kuning mendominasi pada bagian selatan Meksiko. Dapat digambarkan bahwa berdasarkan jumlah pengeluaran (total expenditure), penduduk miskin mendominasi di Meksiko.
Tujuan Progresa merupakan untuk pendekatan komprehensif untuk mengatasi berbagai penyebab kemiskinan dan memberikan manfaat secara langsung kepada keluarga miskin. Program ini untuk memastikan semua kaluarga mendapatkan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan dasar yaitu : pendidikan, kesehatan dan gizi. Program ini dilakukan dengan memberikan alat secara bertahap untuk mengatasi marjinal dan sepenuhnya mengembangkan keterampilan sosial, budaya dan produktif anggota dan kesejahteraan keluarga. Terdapat lima tujuan utama dari Progresa (CONPROGRESA, 1999). Tujuan tersebut adalah :
1. Secara signifikan meningkatkan elemen pendidikan, kesehatan dan makanan keluarga miskin, khususnya mereka yang paling rentan seperti anak-anak, wanita hamil dan menyusui, dengan menyediakan pendidikan dan kesehatan serta dukungan gizi makanan.
2. Mengintegrasikan pendidikan dan kesehatan
3. Memastikan bahwa rumah tangga memiliki sarana yang cukup dan sumber daya untuk anak-anak mereka menyelesaikan pendidikan dasar.
4. Mendorong tanggung jawab dan partisipasi aktif orang tua dan semua anggota keluarga untuk meningkatkan pendidikan, kesehatan dan gizi anak-anak serta pemuda.
5. Mempromosikan keterlibatan masyarakat dan dukungan dalam tindakan sarana pendidikan dan layanan kesehatan yang menguntungkan semua pihak keluarga.
Telaah Program
Detail program Progressa dijabarkan melalui sistematika program, stake holder yang berperan, sumber daya yang direkayasa, sasaran program, dan kriteria sasaran. Berikut pembahasan tentang detail program.
Sistematika Program
Program PROGRESA di Meksiko merupakan salah satu implementasi program pengentasan kemiskinan yang bersifat CCT (Conditional Cash Transfers) atau Tunai Transfer Bersyarat. CCT merupakan program kemiskinan yang diakomodir oleh Bank Dunia dengan memberi pembayaran tunai kepada rumah tangga miskin yang telah memenuhi persyaratan tertentu dan umumnya terkait dengan kesehatan serta pendidikan yang banyak dilaksanakan pada negara-negara berkembang. Prinsip-prinsip PROGRESA (CONPROGRESA 1999a, 9-14) adalah sebagai berikut :
1. Fokus : Untuk memprioritaskan mereka yang paling membutuhkan dan memastikan tidak adanya penyimpangan pada penerima bantuan.
2. Transparansi : ketat, obyektif, dan tidak memihak, homogen, melalui tahap audit dan diverifikasi sehubungan dengan kondisi politik masyarakat dan karakteristik budaya masyarakat.
3. Keluarga sebagai unit tindakan
4. Fokus Kelamin: Progresa memprioritaskan kesetaraan gender dan pemberdayaan wanita
5. Stewardship: terdapat empat kategori
a. Mendaftarkan anak-anak di bawah 18 tahun di sekolah primer atau sekunder serta dukungan untuk menghadiri kelas secara teratur 80 – 90%
b. Mendaftarkan mereka pada unit kesehatan, dan memenuhi janji untuk mengikuti tindakan dari paket dasar pelayanan kesehatan
c. Menghadiri pembicaraan bulanan tentang kesehatan dan pendidikan
d. Mengalokasikan uang untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga termasuk makanan untuk anak-anak mereka (peserta siswa).
Tiga item pertama merupakan penentu apakah penerima dapat terus mendapatkan bantuan.
6. Bantuan struktural: berusahan untuk meningkatkan keterampilan dasar dan meningkatkan produktifitas sosial.
7. Dukungan masyarakat dan pemerintah lokasl: dukungan dalam mengidentifikasi dan mengawasi penerima bantuan serta untuk mengajak masyarakat miskin bergabung dalam program tersebut.
8. Pendekatan: integrasi antara pendidikan, kesehatan, gizi berpotensi menimbulkan dampak positif bagi masyarakat miskin
9. Pelengkap dengan program lain
10. Koordinasi: adanya koordinasi antara tingkat pemerintah (vertikal) dan badan-badan federal (horizontal)
11. Pemantauan dan evaluasi: Untuk mencapai tujuan program, terdapat 3 komponen layanan dan transfer. Hal ini juga ditetapkan $580 atau setara Rp. 5.075.000,00 per bulan ditransfer kepada penerima manfaat ($ 695 setara Rp. 6.081.250,00 per bulan termasuk bantuan pangan).
Stake Holder yang Berperan
Progresa adalah program antar-lembaga federal yang dikoordinasikan oleh Sekertariat Pembangunan Sosial (SEDESOL) melalui Koordinasi Nasional Progresa (CONPROGRESA), yaitu sebuah badan desentralisasi yang ditetapkan oleh Keputusan presiden 8 Agustus 1997, dalam rangka merumuskan, mengkoordinasikan dan mengevaluasi pelakasanaan Progresa” (CONPROGRESA 1999a).
CONPROGRESA memiliki dewan yang menjadi pimpinan SEDESOL yaitu Departemen Publik Pendidikan (SEP), Kesehatan (SSA), serta Keuangan dan Kredit Umum (SHCP). Terdapat komite Dewan CONPROGESA yang bertugas untuk memantau perkembangan program, yaitu terdiri dari Wakil dari Kementerian Pembangunan Daerah Sosial, Sekretaris Pengeluaran dari SHCP, Sekretaris Asisten Perencanaan SEP, para wakil Sektor Koordinasi SSA, Sekretaris Warga dan Warga Pengawas Keuangan Sekretariat Pengawas Keuangan dan Administrasi Pembangunan dan Koordinator Nasional Progresa.
Pemerintah dari seluruh negara bagian bertanggung jawab untuk pelayanan pendidikan dasar dan perawatan kesehatan bagi yang tidak diasuransikan, sehingga dari masing-masing komponen Progresa berpartisipasi melalui perjanjian antara Pemerintah Koordinasi Negara dan Pemerintah Federal. Pada tingkat kota, pemerintah kota berhubungan dengan kantor walikota sebagai penghubung antara kota dan Kemajuan dan membantu dalam peninjauan lokasi untuk mmasukkan perluasan cakupan social ekonomi untuk mengidentifikasi keluarga penerima bantuan, dan memfasilitasi pengiriman program keluarga ini.
Biokrasi dipekerjakan secara langsung oleh PROGRESA dengan jumlah sekitar 380 karyawan dengan mempertimbangkan skala operasinya yaitu skala nasional, tetapi untuk sementara meningkat secara signifikan ketika survei, baik saat pelaksanaan atau evaluasi program dan ketika terintegrasi dengan populasi rumah. Di antara para pekerja lain yang terlibat dalam pelaksanaan program obligasi daerah adalah karyawan pemerintahan yang dipilih diantara masyarakat yang berpartisipasi secara sukarela, serta staf keshatan dan karyawan departemen yang bertanggung jawab atas pelayanan.
Dapat dilihat pada table berikut, lebih dari dua pertiga dari anggaran Progresa tahun 1988 dan 1999 ditranfer ke penerima bantuan dalam bentuk uang yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan (37%) dan makanan (31%). 90% sekolah sampai beasiswa di mana merupakan komponen utama dalam hal anggaran Progresa, dan 10% pendukung untuk membantu, 23% lainnya dihabiskan untuk transfer dalam bentuk terutama untuk kesehatan.
Biaya operasi dari anggaran program menyerap 8,4% rata-rata pada tahun 1998 dan 1999, tetapi antara dua tahun telah melihat penurunan yang signifikan dalam biaya, yaitu 15,6% sampai 5%. Dari jumlah tersebut biaya yang berkaitan dengan program utama menyerap paling banyak. Proses ini sebagian besar menjelaskan operasi yang relatif tinggi. Hampir 80% dari target biaya digunakan untuk identifikasi rumah tangga penerima bantuan dan penggabungan ke dalam program.
Dalam pelaksanaan program Progressa di Meksiko, phak-pihak yang berperan adalah pemerintah, pihak swasta , dan masyarakat. Pemerintah berperan sebagai penanggung jawab dan mengkoordinasi kegiatan dari berbagai lembaga nasional.pihak swasta dalam program ini adalah sebagai surveior, memberi sosialisasi atau pengarahan dan ikut dalam evaluasi penerima bantuan. Masyarakat sebagai objek pelaksanaan berperan sebagai penerima bantuan, pelaksana program dan turut dalam tahap evaluasi. Masyarakat dalam hal ini tidak hanya menjadi objek pelaksanaan program pengentasan kemiskinan di Meksiko tapi juga sebagai subjek dalam pengentasan kemiskinan.
Sumber Daya yang Direkayasa
Terdapat tiga output dari Pogram PROGRESA ini diantaranya adalah pendiidkan, kesehatan, dan makanan atau gizi.
1. Komponen Pendidikan
Pada komponen pendidikan bertujuan untuk mendorong kehadiran anak-anak di sekolah reguler dan meningkatkan penggunaan anak-anak melalui beasiswa pendidikan. Bantuan yang diberikan selain beasiswa adalah bantuan perlengkapan sekolah. Beasiswa ditawarkan pada anak-anak yang berusia di bawah 18 tahun pada stiap tiga tingkat sekolah. Hal-hal yang disorot dalam profil beasiswa adalah :
a. Jumlah beasiswa yang lebih tinggi pada tingkat yang lebih tinggi pula. Hal ini untuk mendorong semua anak muda menyelesaikan pendidikan dasar mereka, termasuk sekolah tinggi
b. Pada tingkat menengah, beasiswa untuk anak perempuan sedikit lebih tinggi dibanding anak laki-laki, untuk mengimbangi kenyataan bahwa perempuan sering putus sekolah.
Untuk mendapatkan bantuan pada bulan selanjutnya maka penerima bantuan harus memastikan anak-anak mereka bersekolah dengan presentase kehadiran 85% secara teratur.
2. Komponen Kesehatan
Keluarga penerima manfaat menerima perawatan gratis dari paket dasar, dengan penekanan pada aspek pencegahandan perawatan kesehatan. Secara khusus, dapat memenuhi pertumbuhan dan perkembangan anak, merawat yang sehat dan cukup makan dan menerima semua vaksin. Hal ini juga menekankan perawatan kesehatan perempuan melalui perawatan selama kehamilan dan persalinan, keluarga berencana dan pencegahan serta deteksi dini kanker serviks. Dasar paket pelayanan kesehatan mencakup 14 tindakan, yaitu:
a. Sanitasi di tingkat rumah tangga
b. Keluarga berencana
c. Prenatal perawatan, melahirkan dan pasca melahirkan, dan bayi baru lahir
d. Pemantauan gizi dan pertumbuhan anak
e. Imunisasi
f. Pengelolaan diare di rumah
g. Penanganan penyakit cacing
h. Manajemen infeksi saluran pernapasan akut
i. Pencegahan dan pengendalian tuberkulosis paru
j. Pencegahan dan pengendalian hipertensi dan diabetes melitus
k. Pencegahan kecelakaan dan pengobatan awal cedera
l. Komunitas pelatuhan untuk perawatan dini
m. Deteksi dan pengendalian kanker servik
Komponen kesehatan juga meliputi surveilans gizi antropometri program melalui tindakan dan pendidikan pangan dan gizi di jadwal kunjungan ke pusat kesehatan, dan pengiriman gratis suplemen gizi.
3. Komponen Makanan/Gizi
Dalam hal makanan, program ini menyediakan :
a. Sebuah suplemen gizi dengan mikronutrien penting untuk gizi yang cukup bagi anak-anak di bawah 5 tahun dan wanita hamil yang menyusui anak-anak mereka. Program ini juga menyediakan 100% mikronutrien yang dibutuhkan per hari, memungkinkan untuk mengatasi kekurangan gizi anak dari tahap kehamilan dan selama tahun-tahun pertama hidupnya, yang merupakan fase pertumbuhan manusia di mana gizi buruk mengarah ke gejalaa yang paling serius. kompoi
b. Sebuah bantuan keuangan bulanan agar semua anggota rumah tangga memiliki makanan yang memadai.
Tabel 1.
Rincian Gizi yang Harus dipenuhi Anak-Anak dan Wanita Hamil
Anak-anak 1/
Wanita Hamil atau menyusui 2/
Dosis harian: 44g
Dosis harian: 52 g
Protein
5,8 g
Protein
12 g
Energi
194 kkal
Energi
250 kkal
Lemak
6,6 g
Lemak
11,2 g
Karbohidrat
27,9 g
Karbohidrat
25,3 g
Sodium
24,5 mg
Sodium
81,2 mg
Besi
10 mg
Besi
15 mg
Seng
10 mg
Seng
15 mg
Vitamin A
400 ug
Yodium
100 g
Vitamin E
6 mg
Vitamin E
10 mg
Vitamin C
40 mg
Vitamin C
70 g
Vitamin B12
0,7 ug
Vitamin B12
2,6 ug
Asam Float
50 ug
Asam Folat
100 ug
Transfer uang tunai untuk penerima manfaat per bulan juga tergantung pada kehadiran di jadwal kunjungan serta pertemuan informasi kesehatan, tapi tidak konsumsi komoditas pangan.
Sasaran Program
Program PROGRESA ini difokuskan kepada anak usia sekolah serta ibu hamil dan menyusui. Ditujukan kepada anak-anak karena mereka merupakan generasi penerus bangsa yang perlu diperhatikan dari segi pendidikan dan asupan gizinya untuk membentuk generasi yang berkualitas di masa datang. Sedangkan ditujukan untuk Ibu hamil dan menyusui karena Ibu yang melahirkan dengan selamat dan terpenuhi gizinya dapat melahirkan generasi-generasi yang potensial berikutnya.
Selain itu, program PROGRESA ini sangat menonjolkan pengarusutamaan gender, hal terserbut terlihat dari salah satu target program ini adalah kaum perempuan yang miskin karena kaum perempuan merupakan kaum yang sangat rentan terhadap kemiskinan, tetapi mereka sangat bertanggungjawab terhadap keluarganya. Program ini juga memberikan pencerahan bahwa kaum perempuan pun mempunyai hak untuk mendapatkan fasilitas, seperti fasilitas pendidikan, kesehatan dan gizi.
Kriteria Sasaran
Untuk memilih Progresa keluarga penerima berlaku dua mekanisme pentargetan yaitu dengan memilih lokasi terpinggirkan kemudian mengidentifikasi rumah tangga miskin dalam daerah terpilih tersebut.
Langkah pertama adalah dengan pemilihan prioritas lokasi yang diidentifikasi berdasarkan derajat marjinalisasi. Lokasi tersebut dipilih jika hanya memiliki akses ke pendidikan dan pelayanan kesehatan, jarak yang ditentukan berdasarkan kriteria yang tepat (CONPROGRESA 1999a, hlm 17-8) dan akhirnya menerapkan analisis geografis konvergensi dan kedekatan lokasi ini untuk menentukan daerah padat lebih besar dari marjinalisasi.
Dari sensus 1990 dan sensus 1995, Indeks marjinalisasi ditetapkan dengan metode komponen utama, terdapat tujuh variable linear yang menggabungkan dengan bobot relatif, yaitu:
1. Prosentase dari jumlah buta huruf berusia lebih dari 15 tahun
2. Prosentase dari rumah tangga tanpa air
3. Prosentase dari rumah tangga tanpa listrik
4. Rata-rata penghuni per kamar
5. Prosentase dari rumah dengan lantai tanah
6. Prosentase dari populasi di sector primer
Karena indikator marjinalitas ini distratifikasikan menjadi lima kelompok lokasi, maka yang termasuk rumah tangga kota dan pedesaan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.
Tingkat Marjinalitas Rumah Tangga
Tingkat Marjinalisasi
Sangat Rendah
Rendah
Rata-rata
Tinggi
Sangat Tinggi
Lokasi (%)
4
6,2
14,6
21,2
54
Rumah Tangga (%)
7,5
11,4
22,0
25,1
31,6
Langkah kedua adalah dengan sensus dari semua rumah tangga di lokasi terpilih untuk memilih keluarga penerima bantuan Progresa, yaitu Survei Karakteristik Sosial Ekonomi Rumah tangga (1996, 1997,1998) yang berdasarkan demografi , pendidikan, ekonomi (termasuk perumahan, barang tahan lama dan aset serta pendapatan), migrasi, dan akses ke program sosial dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan hal tersebutlah dapat diperoleh penilaian:
1. Partisipasi awal rumah tangga antara miskin dan tidak miskin dengan membandingkan pendapatan perkapita bulanan dengan garis kemiskinan yang didefinisikan oleh Standar Makanan Koordinasi Rencana Umum Daerah Tertinggal dan Terpinggirkan, dan pada umumnya digunakan di Meksiko untuk mendefinisikan garis kemiskinan.
2. Menerapkan metode analisis diskriminan secara independen di masing-masing daerah untuk mengidentifikasi variable sosial ekonomi yang paling membedakan antara miskin dan tidak miskin pada klasifikasi pertama.
Dari variable-variabletersebut dapat diperoleh indikator multidimensi yang menunjukan rumah dengan skor 0-100 untuk mengklasifikasikan antara miskin dan tidak miskin. Jadi meskipun pendapatan digunakan sebagai panduan dasar, namun indikator yang akhirnya diterapkan adalah multidimensional.
Selain itu terdapat persyaratan dari PROGRESA, yaitu
1. Program pendidikan mewajibkan partisipasi sekolah dan kehadiran minimal sebanyak 85% pada hari sekolah, keduanya dalam bulanan dan tahunan,
2. Program Kesehatan dan Gizi dijalankan oleh seluruh anggota rumah tangga dengan persyaratan kunjungan pada sejumlah fasilitas kesehatan dan kunjungan ibu pada pembelajaran mengenai kesehatan dan gizi
Proses pelaksanaan dan evaluasi kepada rumah tangga penerima manfaat khususnya ibu-ibu akan dievaluasi oleh dinas sosial dan pengawas program mengenai pemenuhan persyaratan yang telah ditentukan untuk bisa mendapat bantuan di bulan selanjutnya. Berikut alur proses pelaksanaan program Progresa mulai dari pemilihan lokasi prioritas, sensus lokasi terpilih, hingga pelaksanaan dan evaluasi.



Gambaran Umum Sasaran Program
Secara umum, sasaran program Progressa anatar lain pendidikan, kesehatan, dan gizi. Sasaran program Progressa yang diberikan pada balita dan ibu hamil berupa kesehatan dan gizi, sedangkan pada anak – anak berupa pendidikan, kesehatan, dan gizi.
Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu program yang diberikan terutama kepada anak – anak miskin yang berusia di bawah 18 tahun. Tujuan pada program pendidikan adalah untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan pada anak – anak. Pelaksanaan program pendidikan ini dengan cara memberikan beasiswa kepada anak – anak miskin dan mendorong anak – anak dalam kehadiran sekolah reguler. Bantuan yang diberikan selain beasiswa adalah bantuan perlengkapan sekolah. Terdapat persyaratan dalam program pendidikan, yaitu untuk dapat melanjutkan sekolah pada bulan selanjutnya, maka anak – anak harus bersekolah dengan minimal kehadiran pada bulan sebelumnya adalah 85%.
Kesehatan dan Gizi
Program kesehatan diberika kepada balita, anak – anak, dan ibu hamil. Pelaksanaan program kesehatan ini dilakukan dengan cara pencegahan dan perawaran kesehatan. Pada ibu hamil dan perempuan, program kesehatan dilakukan dengan cara perawatan selama kehamilan dan persalinan, keluarga berencana, dan pencegahan serta deteksi dini kanker serviks. Pada balita dan anak – anak, program kesehatan yang diberikan seperti Imunisasi, pengelolaan diare di rumah, penanganan penyakit cacing, pengelolaan infeksi saluran pernapasan akut, pencegahan dan pengendalian tuberkulosis paru, pencegahan dan pengendalian hipertensi dan diabetes melitus, serta pencegahan kecelakaan dan pengobatan awal cedera
Pada program gizi sama dengan program kesehatan yang diberikan pada balita, anak – anak, dan ibu hamil dan perempuan. Program gizi yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan terutama pada balita dan anak – anak yang masih membutuhkan pendidikan, karena pendidikan dan kesehatan merupakan hal penting untuk menunjang kesejahteraan anak. Program gizi khusunya diberikan pada anak – anak di bawah usia 5 tahun dan wanita hamil yang menyusui anak-anak mereka. Program ini juga menyediakan 100% mikronutrien yang dibutuhkan setiap harinya. Program gizi yang diberikan pada ibu hamil dapat mengatasi kekurangan gizi anak mulai dari tahap kehamilan dan selama tahun-tahun pertama hidupnya, yang merupakan fase pertumbuhan manusia. Hal ini terkait dengan meningkatnya kesehatan yang buruk terhadap anak – anak yang akan mengarah pada gejalaa yang sangat serius.
Potensi Program
1. Komponen program inilebih detail ,tidak hanya memperhatikan pendidikan, dan kesehatan, namun juga gizi dalam sasaran pemberian bantuan pengentasan kemiskinan.
2. Jumlah beasiswa yang lebih tinggi pada tingkat yang lebih tinggi pula. Hal ini untuk mendorong semua anak muda menyelesaikan pendidikan dasar mereka, termasuk sekolah tinggi.
3. Padatingkat menengah, beasiswa untuk anak perempuan sedikit lebih tinggi dibanding anak laki-laki, untuk mengimbangi kenyataan bahwa perempuan sering putus sekolah.
4. Lokasi yang dipilih sebagai penerima bantuan lebih detail, yaitu berdasarkan derajat marjinalisasi.
Kendala Program
1. Terbatasnya anggaran pemerintah.
2. Besarnya sektor informal yang menyulitkanpendataan.
3. Kombinasi penduduk yang tersebar dan terbatasnya infrastruktur di pedesaanmeningkatkan biaya administrasi.

KESIMPULAN
1. Tujuan Progresa adalah Meningkatkan pendidikan, kesehatan dan keadaan nutrisi dari rumah tangga miskin, terutama anak-anak dan ibu mereka.
2. Terdapat 3 komponen bantuan yaitu pendidikan, kesehatan, dana makanan.
Pendidikan :
a. Hibah pendidikan
b. Ketersediaan perangkat sekolah
c. Memperkuat pasokan dan kualitas pelayanan kesehatan
Kesehatan dan Makanan bernutrisi :
a. Bantuan uang untuk konsumsimakanan.
b. Paket pelayanan kesehatan dasar.
c. Pendidikan nutrisi dan kesehatan.
d. Meningkatkan pelayanankesehatan
e. Makanan tambahan
3. Sasaran program Progresa adalah :
Pendidikan : Rumah tangga miskin yang memiliki anak 8-18 tahun yang sedang bersekolah di SD (kelas 1 hingga kelas 3) dan menengah (kelas 3 atau SMA)
Kesehatan : Uang tunai ditujukkan untuk rumah tangga miskin sementara makanan tambahan ditujukan secara spesifik untuk ibu hamil dan menyusui, anak usia 4-24 bulan dan anak usia 2-5 tahun yang kekurangan gizi.
4. Potensi Program
a. Komponen program inilebih detail ,tidak hanya memperhatikan pendidikan, dan kesehatan, namun juga gizi dalam sasaran pemberian bantuan pengentasan kemiskinan.
b. Jumlah beasiswa yang lebih tinggi pada tingkat yang lebih tinggi pula. Hal ini untuk mendorong semua anak muda menyelesaikan pendidikan dasar mereka, termasuk sekolah tinggi.
c. Padatingkat menengah, beasiswa untuk anak perempuan sedikit lebih tinggi dibanding anak laki-laki, untuk mengimbangi kenyataan bahwa perempuan sering putus sekolah.
d. Lokasi yang dipilih sebagai penerima bantuan lebih detail, yaitu berdasarkan derajat marjinalisasi.